CARA MERAKIT KOMPUTER

Selasa, 11 Desember 2012

Siapa yang tidak mengenal komputer? Saat ini peralatan berteknologi canggih tersebut sudah menjadi ‘rekan kerja’ sehari-hari sehingga siapapun pasti telah mengenalnya. Keberadaan komputer membantu pelaksanaan tugas-tugas yang sulit menjadi lebih mudah. Bahkan saat ini komputer menjadi alat bantu utama dalam melaksanakan setiap pekerjaan baik yang berhubungan dengan pengarsipan, dokumentasi, finansial, rancang bangun, pengolahan gambar dan video, serta banyak lagi yang lainnya. Oleh sebab itu, komputer memiliki peran dan fungsi vital dalam kelancaran setiap pekerjaan.
Anda mungkin bisa mengoperasikan komputer dalam berbagai variannya baik desktop, notebook, maupun netbook. Namun, apakah Anda mengenal komponen-komponen pembangunnya? Sebuah komputer dibangun dari beberapa komponen yang memiliki fungsi berbeda, namun saling terintegrasi. Jika salah satu komponen tidak berfungsi, maka kinerja komputer secara keseluruhan akan terganggu bahkan bisa jadi komputer tidak dapat berfungsi sama sekali.
Sebuah perangkat komputer umumnya terbangun dari 12 komponen, yakni mainboard atau motherboard, processor, RAM, hard disk, VGA, sound card, casing dengan power supply, optical drive, speaker, keyboard, monitor, dan mouse. Setiap komponen tersebut memiliki peran dan fungsi yang berbeda. Meskipun demikian, masing-masing komponen memiliki pola kerja yang saling terkait dan bergantung satu sama lain sehingga mampu menciptakan performa yang optimal bahkan maksimal.
Dulu komputer dirakit di pabrik dan dilakukan oleh tenaga profesional. Namun, saat ini perakitan komputer dapat dilakukan oleh siapapun, termasuk Anda asal mengenal dan mengetahui fungsi dari setiap komponen penyusunnya. Jika dilihat dari harga, komputer rakitan pabrik cenderung lebih mahal dibandingkan dengan rakitan sendiri. Namun Anda tidak perlu khawatir, karena saat ini tersedia komponen komputer yang dijual terpisah, sehingga pengguna bisa memilih dan merakit sendiri sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan dan tentunya sesuai dengan budget yang dimiliki.
Sebelum memilih dan merakit komputer sendiri, ada baiknya jika Anda memahami fungsi dari masing-masing komponen terlebih dahulu. Dengan demikian, Anda bisa memilih komponen sesuai dengan kebutuhan.
1. Mainboard atau Motherboard
Setiap peralatan elektronik pasti memiliki papan sirkuit yang berfungsi sebagai tempat untuk memasang beragam komponen atau transistor, demikian pula komputer. Pada komputer, papan sirkuit yang digunakan sebagai papan induk untuk memasang komponen lain disebut dengan mainboard atau dikenal pula dengan istilah motherboard. Sebagai papan induk, mainboard atau motherboard ini merupakan komponen utama dari sebuah perangkat komputer. Apa saja komponen yang dipasang pada mainboard? Hampir semuanya, sebut saja processor, VGA card, sound card, dan RAM atau memory card.
Ditinjau dari pola kerjanya, mainboard berfungsi sebagai pusat pengendali kerja komponen lain yang terpasang padanya. Berkenaan dengan fungsi tersebut, mainboard memiliki beberapa peranan vital, di antaranya adalah:
  • Mengatur dan menjaga interkoneksi komponen yang satu dengan yang lain dalam menjalankan sistem.
  • Mengatur ‘alokasi’ daya listrik ke seluruh komponen komputer.
  • Mengatur jalur lalu lintas data mulai dari peranti penyimpan data seperti hard disk atau CD/DVD writer, peranti masukan data seperti keyboard, mouse, dan scanner, hingga peranti pencetakan data yakni printer.
Mainboard yang beredar di pasaran sangatlah beragam baik dari merek maupun desainnya. Secara garis besar desain mainboard dapat dibedakan menjadi 2 jenis yakni ATX dan micro ATX. Perbedaan kedua jenis mainboard tersebut terletak pada fasilitas yang ada di dalamnya yang berhubungan dengan kemampuan upgrade. Mainboard ATX cenderung memiliki fasilitas yang lebih lengkap, karena terdapat tambahan slot baik internal maupun eksternal. Fasilitas tambahan tersebut memungkinkan dilakukannya upgrade kinerja komputer. Sementara mainboard micro ATX biasanya memiliki spesifikasi dan fasilitas standar, sehingga sulit untuk di-upgrade.
Banyaknya merek dan desain mainboard yang beredar di pasaran bisa jadi justru membuat Anda bingung dalam menentukan pilihan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika memilih mainboard adalah kemampuan processor support, memory support, expansion slots, power supply, graphic system, dan onboard I/O port. Hal tersebut dimaksudkan agar Anda tidak kesulitan atau bahkan tidak perlu membeli mainboard baru apabila ingin meningkatkan kinerja komputer (upgrade).
2.   Processor
Processor merupakan komponen vital kedua setelah mainboard. Komponen ini berbentuk chip yang berfungsi sebagai pusat pengendali yang mengatur seluruh aktivitas yang ada dalam komputer. Oleh sebab itu, komponen ini seringkali dianalogikan sebagai otaknya komputer. Analogi ini memiliki logika dasar, dimana processor terdiri dari ALU (Arithmatic and Logic Unit) yang berfungsi sebagai penghitung sekaligus unit logika yang dibangun dari portal logika AND, OR, NOT, dan lainnya. Di samping itu, processor juga dilengkapi dengan UC (Unit Control) yang berperan mengontrol dan mengendalikan komponen lain penyusun komputer.
Kecepatan sebuah processor ditentukan oleh speed processor, cache memory, dan FSB (Front Side Bus). Informasi mengenai kecepatan processor umumnya ditampilkan di salah satu sisi processor. Kecepatan komponen ini diukur dengan satuan MHz (Mega Hertz) atau GHz (Giga Hertz). Semakin besar nilai satuan menunjukkan bahwa kecepatan processor semakin tinggi.
Ketika mendengar kata processor, mungkin dalam benak Anda langsung teringat Intel. Sebenarnya processor tidak hanya Intel saja, tetapi banyak jenis dan merek processor yang beredar di pasaran, misalnya AMD, IBM, Cyrix, dan lain sebagainya. Memang, Intel merupakan produsen processor pertama dan telah merajai pasar dengan produk Pentiumnya.
Perlu diketahui bahwa processor juga dikategorikan dalam beberapa kelas. Artinya, processor dibedakan menurut tingkatan kualitasnya. Contohnya, Intel memproduksi processor Intel Pentium dan Intel Celeron. Meski keduanya diproduksi oleh pabrikan yang sama, namun kualitas keduanya berbeda. Intel Pentium kelasnya lebih tinggi dibandingkan dengan Intel Celeron. Dalam penggunaannya, Intel Pentium umumnya ditujukan untuk pemakaian aktivitas komputer yang berat seperti multimedia, game, video editing, dan lainnya. Sementara Intel Celeron ditujukan pada pemakaian aktivitas komputer yang lebih ringan seperti tugas-tugas kantor. Secara lebih sederhana dapat dipahami bahwa Intel Celeron merupakan processor versi ekonomis keluaran Intel. Jadi, mana processor yang akan Anda pilih? Lagi-lagi tentunya yang sesuai dengan kebutuhan dan budget yang dimiliki.
3.   RAM (Random Access Memory)
Komponen penyusun komputer yang satu ini berfungsi sebagai media penyimpan data sementara. Jadi jelas bahwa komponen ini tidak bisa digunakan untuk menyimpan data secara permanen. Ketika komputer mengalami gangguan misalnya listrik padam atau error yang mengakibatkan komputer mendadak mati atau terpaksa harus dimatikan, maka memori yang tersimpan pada RAM secara otomatis akan hilang.
Kinerja RAM sebagai penyimpan data sementara terkoneksi dengan hard disk. Mekanismenya RAM mengolah setiap data dan perintah yang diberikan kemudian menyimpan data sementara untuk diteruskan ke hard disk sebagai media penyimpan data permanen. RAM digunakan sebagai penyimpanan primer atau memori utama untuk mengolah data. Semakin besar memori yang tersedia artinya semakin banyak data dan instruksi yang bisa diolah.
RAM memiliki kapasitas yang beragam mulai dari yang terkecil yakni 128 MB, 256 MB, 512 MB, 1 GB, 2 GB hingga yang terbesar 4 GB. Ukuran kapasitas ini berpengaruh pada tingkat kecepatan akses komputer. Semakin besar kapasitas RAM menunjukkan kecepatan yang semakin tinggi, demikian pula berlaku sebaliknya.
Sebagai salah satu komponen penyusun komputer, RAM telah mengalami perkembangan yang signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan jenis-jenis RAM yang berkembang mengikuti perkembangan teknologi komputer secara keseluruhan. Adapun jenis RAM yang pernah ada yakni EDO-RAM (Extended Data Out), SD-RAM (Synchronous Dynamic), RD-RAM (Rambus Dynamic), DDR1-RAM (Double Data Rate Generation 1), DDR2-RAM (Double Data Rate Generation 2), dan DDR3-RAM (Double Data Rate Generation 3). Dari beragam jenis memori tersebut, saat ini yang banyak digunakan adalah DDR3-RAM. Alasannya, jenis memori ini mampu mentransfer data dua kali lipat. Untuk menghasilkan performa komputer yang maksimal, jenis memori ini hadir dengan beragam kapasitas mulai dari 1 GB hingga 8 GB.
4.   Hard Disk
Hard disk merupakan komponen penyusun komputer yang memiliki peran dan fungsi tak kalah penting. Adapun fungsi dari komponen yang satu ini adalah sebagai media penyimpanan data permanen dalam jangka panjang. Berbeda dengan komponen lain seperti processor dan RAM, komponen hard disk tidak melekat secara langsung pada mainboard. Komponen ini terpasang pada CPU yang kemudian dihubungkan ke mainboard melalui kabel pita. Oleh sebab itulah, hard disk disebut pula dengan hard drive internal. Sebagai media penyimpan data permanen, hard disk memiliki kapasitas penyimpanan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan media penyimpan data lainnya seperti flash disk, CD atau DVD.
Jika dilihat dari bentuk fisiknya, hard disk terbuat dari plater atau besi yang tahan banting. Bahan baku besi digunakan dengan tujuan untuk melindungi komponen yang terdapat di dalamnya. Memang, apa sih komponen di dalam hard disk itu? Komponen yang tersembunyi di balik plater hard disk adalah piringan magnetik yang senantiasa berputar secara terintegrasi.
Bagaimana pola kerja sebuah hard disk? Hard disk menyimpan data dalam lingkaran yang disebut track. Setiap track dibagi menjadi beberapa segmen yang dinamai sector. Mekanismenya, proses pembacaan data dari dan ke piringan magnetik dilakukan melalui head yang terdapat di setiap piringan. Adapun tugas head yakni mencari sector tertentu yang menjadi ‘target’ operasi. Setelah menemukan sector, secara otomatis head akan berputar untuk mencari track. Berbeda dengan RAM, data yang tersimpan dalam hard disk bersifat non-volatile. Artinya, data akan tetap tersimpan dengan aman meskipun komputer mengalami gangguan yang mengakibatkan komputer tiba-tiba mati atau dimatikan (shut down) secara paksa.
Kapasitas penyimpanan hard disk sangatlah beragam, namun dapat dipastikan bahwa ukuran kapasitasnya cenderung besar. Kapasitas komponen ini diukur dengan satuan bytes. Sebuah hard disk dimungkinkan memiliki kapasitas hingga ratusan GB, dimana 1 GB sama dengan 1024 MB. Besar kecilnya kapasitas hard disk dipengaruhi oleh peruntukan komputer itu sendiri. Komputer untuk pekerjaan multimedia membutuhkan hard disk dengan kapasitas minimal 160 GB. Sementara komputer untuk personal atau kantoran bisa menggunakan hard disk berkapasitas 80 GB.
5.   Casing dengan Power Supply
Komponen penyusun komputer lainnya adalah casing. Casing merupakan selubung yang berfungsi sebagai media untuk menempatkan berbagai komponen lain seperti mainboard, hard disk, optical drive, power supply, dan sebagainya. Sebagai selubung atau penutup, casing tentunya harus mampu melindungi seluruh komponen yang terpasang di dalamnya dari kotoran dan benturan sehingga tidak mudah mengalami kerusakan.
Dilihat dari bentuknya, casing dapat dibedakan menjadi 2 yakni desktop dan tower. Casing dalam bentuk desktop berupa kotak dengan ukuran lebar antara 30 hingga 40 cm dan panjang antara 50 hingga 60 cm. Casing dengan bentuk desktop umumnya ditempatkan dalam posisi horizontal. Sementara casing berbentuk tower tidak jauh berbeda dengan desktop apabila dilihat dari ukurannya. Perbedaannya hanya posisi penempatannya saja, dimana casing tower ditempatkan dalam posisi vertikal. Bentuk casing tower ini yang umumnya digunakan pada komputer keluaran terbaru.
Seiring dengan perkembangan teknologi, casing yang beredar di pasaran saat ini telah dilengkapi dengan PSU (Power Supply Unit), speaker, lampu untuk hard disk, lampu power, dan kabel-kabel lampu. Power supply merupakan salah satu komponen yang juga memiliki peran vital, karena komponen ini berfungsi untuk mengalirkan listrik ke seluruh komponen lain dalam komputer. Sebagai pemasok listrik, power supply sangat berbahaya bila disentuh ketika komputer dalam kondisi aktif atau posisi on. Untuk mengurangi suhu dalam CPU, power supply memiliki komponen pendingin berupa kipas. Kipas akan mampu bekerja secara maksimal apabila power supply dalam kondisi bersih. Jadi, pastikan Anda rajin merawat dan membersihkan komputer.
Banyaknya casing yang beredar di pasaran, tidak semuanya memiliki kualitas yang baik. Oleh sebab itu, Anda harus jeli dalam memilih casing yang baik. Casing yang berkualitas umumnya memiliki beberapa kriteria, di antaranya:
  • Memiliki lubang ventilasi yang cukup di setiap sisinya sehingga mampu melepas panas secara efektif.
  • Memiliki struktur yang mudah dibongkar pasang sehingga proses perawatan dan pembersihan komponen yang ada di dalamnya lebih mudah dilakukan.
6.   Optical Drive
Optical drive merupakan komponen penyusun komputer yang digunakan untuk membaca data dari media penyimpanan eksternal yakni CD atau DVD. Selain membaca data, optical drive juga digunakan untuk transfer data dari komputer ke CD atau DVD melalui proses pembakaran (burning).
Komponen optical drive dapat dibedakan dari jenis media penyimpanan yang digunakan yakni CD drive dan DVD drive. DVD drive mampu membaca, menulis, dan merekam data baik dari maupun ke CD dan DVD, sedangkan CD drive hanya mampu membaca, menulis, dan merekam data dari dan ke CD saja. Secara fisik kedua media penyimpanan data eksternal ini tidaklah memiliki perbedaan yang signifikan. Namun jika ditinjau dari kapasitas penyimpanannya, DVD memiliki kerapatan yang lebih tinggi sehingga mampu menyimpan data berkapasitas lebih besar dibandingkan dengan CD.
Dari fungsinya, optical drive dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yakni CD/DVD-ROM, CD/DVD-RW, dan CD/DVD Combo. Jenis optical drive yang digunakan pada komputer keluaran terbaru adalah DVD-RW. Optical drive jenis ini selain membaca juga mampu menulis dan membakar data ke dalam CD atau DVD. Keunggulan lainnya adalah telah dilengkapi dengan teknologi Anti Buffer Underrun. Teknologi ini memungkinkan proses penulisan dan pembakaran CD atau DVD dapat dilakukan dengan lancar karena optical drive mampu menerima data dari komputer secara berkesinambungan.
Kecepatan optical drive diukur menggunakan sistem X-Ranting yang direpresentasikan dengan notasi 1X hingga 52X. Ukuran 1X mewakili kecepatan 150 KB/detik. Semakin besar ukuran, kerja optical drive semakin cepat. Contohnya optical drive berukuran 52X, artinya 52 x 150 KB/detik sehingga kecepatannya mencapai 7800 KB/detik.
7.   VGA Card
Komputer disebut sebagai alat canggih karena memiliki beragam komponen yang masing-masing mampu menjalankan peran dan fungsinya. Dari komputer, Anda bisa menikmati tampilan gambar user interface berbagai program (software). Tampilan gambar tersebut tentu saja sangat membantu pekerjaan Anda. Bayangkan jika komputer tidak dapat menampilkan gambar, tetapi hanya suara saja, pasti alat ini tidak lagi canggih karena tidak mempermudah tetapi justru mempersulit pekerjaan Anda.
Kemampuan komputer menampilkan gambar tidak lepas dari peran komponen VGA (Video Graphic Adapter) card atau kartu grafis. Komponen ini berfungsi mengatur dan mengolah gambar yang ditampilkan komputer melalui monitor. Mekanismenya, VGA card mengubah sinyal digital dari komputer menjadi tampilan grafik pada monitor.
Komponen ini dipasang melekat pada mainboard. Jika ditinjau dari posisinya, VGA card dapat dibedakan menjadi dua jenis yakni VGA onboard dan VGA add-on. VGA onboard merupakan kartu grafis yang telah terintegrasi dengan mainboard, dimana memori utamanya menggunakan RAM dan pengolah gambarnya menggunakan processor. Sementara VGA add-on adalah kartu grafis yang letaknya tidak terintegrasi dengan mainboard, biasanya memiliki interface PCI Express atau AGP yang sudah dilengkapi dengan GPU (Graphic Processing Unit) dan memori sendiri.
8.   Sound Card
Jika VGA card mampu menghasilkan gambar, sound card mampu menghasilkan suara. Keberadaan kedua komponen ini memungkinkan komputer menampilkan gambar dan suara sehingga bersifat audiovisual. Bagi sebagian orang yang menggunakan komputer untuk pekerjaan kantor, komponen sound card mungkin dianggap kurang vital perannya. Namun bagi orang yang menggunakan komputer untuk pekerjaan yang berhubungan dengan multimedia seperti game, video editing, broadcast, dan lain sebagainya, maka komponen sound card sangatlah penting.
Seperti VGA card dan komponen lainnya, sound card juga dipasang melekat pada mainboard. Jika komputer Anda dilengkapi dengan sound card, pastikan pula bahwa Anda memasang speaker, karena sound card akan dapat berfungsi dengan baik apabila dikoneksikan dengan speaker.
9.   Speaker
Ada yang mengatakan bahwa speaker bukan termasuk komponen utama penyusun komputer, tetapi hanya sebagai komponen penunjang saja. Bisa ya, bisa juga tidak. Penting tidaknya peran speaker tergantung pada peruntukan komputer itu sendiri. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, bahwa komputer bagi pekerjaan kantor bisa saja tidak membutuhkan speaker. Namun, bagi pekerjaan multimedia jelas bahwa speaker sangatlah penting. Jadi, perlu tidaknya komponen ini disediakan, tergantung pada kebutuhan dan keinginan masing-masing pengguna.
Speaker merupakan perangkat yang dipasang di luar CPU. Adapun fungsinya sebagai penghasil atau pengeras suara. Sistem kerjanya yakni membawa sinyal elektrik dan mengubahnya menjadi getaran untuk diolah sehingga menghasilkan gelombang suara. Ditinjau dari ukurannya, speaker untuk komputer cenderung lebih kecil dibandingkan dengan speaker untuk audio system. Lantas, bagaimana dengan kualitas suaranya? Kualitas suara yang dihasilkan oleh speaker komputer tergantung pada jenis sound card dan spesifikasi dari speaker itu sendiri.
10.  Monitor
Anda tentu sudah mengenal komponen yang satu ini, monitor. Peran dan fungsi komponen ini tidak kalah vital dengan komponen lainnya. Monitor mengatur dan mengolah setiap data atau informasi yang dimasukkan ke dalam komputer menjadi gambar. Performa monitor berhubungan dengan VGA card. Jika VGA card mengalami kerusakan, maka monitor tidak akan bisa menampilkan gambar.
Saat ini monitor komputer diproduksi dalam beragam ukuran dan kualitas. Kualitas monitor umumnya diukur dari tingkat resolusi yang berpengaruh pada ketajaman gambar. Semakin tinggi resolusi mengindikasikan gambar yang ditampilkan pada monitor semakin tajam.
Sementara ditinjau dari bentuknya, ada dua jenis yang beredar di pasaran yakni CRT (Cathode Ray Tube) dan LCD (Liquid Crystal Display). Monitor CRT menggunakan tabung katoda untuk menampilkan gambar. Adapun cara kerjanya adalah memancarkan sinar elektron ke suatu titik di layar, dimana sinar tersebut akan diperkuat untuk menampilkan sisi terang dan diperlemah untuk menampilkan sisi gelap. Resolusi yang dihasilkan oleh jenis monitor ini cenderung cukup baik. Namun, jenis monitor ini memancarkan radiasi elektromagnetik yang mengakibatkan mata cepat mudah lelah. Berbeda dengan CRT, monitor LCD lebih canggih karena menggunakan teknologi kristal likuid yang dapat berpendar. Teknologi ini menghasilkan monitor berbentuk panel flat pipih dengan tingkat resolusi lebih tinggi. Bentuknya yang pipih memungkinkan penempatannya tidak terlalu dekat dengan mata, sehingga tidak mengakibatkan mata cepat lelah. Perbedaan teknologi antara monitor CRT dengan LCD berpengaruh pada harga, dimana monitor LCD cenderung lebih mahal.
11.  Keyboard
Komponen lain yang tidak kalah penting adalah keyboard. Secara fisik, keyboard merupakan papan yang terdiri dari deretan tombol yang masing-masing merepresentasikan huruf, angka, dan juga shortcut. Fungsinya sebagai papan ketik untuk memasukkan data berupa teks ke dalam komputer.
Jika Anda perhatikan, pada keyboard standar jumlah tombol keseluruhan adalah 107. Namun, pada keyboard keluaran terbaru jumlah tombol umumnya lebih banyak, karena ada tambahan untuk tombol shortcut.
Sebagai bagian dari perangkat komputer, teknologi pada keyboard juga mengalami perkembangan. Jika dulu keyboard dihubungkan dengan kabel ke komputer, saat ini ada keyboard wireless yang tidak membutuhkan kabel untuk mengetikkan teks ke komputer. Sementara jika dilihat dari jenis kabelnya, ada yang menggunakan kabel dengan konektor berbentuk bulat dan ada pula yang berbentuk pipih (kabel USB).
12.  Mouse
Pada komputer desktop, mouse merupakan perangkat yang harus ada. Komponen ini berfungsi untuk menggerakkan kursor yang dinotasikan dengan simbol anak panah. Keberadaan mouse memungkinkan pengguna lebih leluasa dalam mengoperasikan setiap program yang terdapat dalam komputer.
Saat ini mouse yang beredar di pasaran sangatlah beragam bentuknya. Ada yang standar atau umum digunakan, bahkan ada pula yang unik. Sementara dari teknologi yang digunakan juga mengalami perkembangan. Jika dahulu mouse digerakkan dengan bola yang terdapat di bagian bawah, namun saat ini tidak lagi. Pada mouse keluaran terbaru telah menggunakan teknologi sinar laser untuk menggerakkannya. Tidak hanya itu, saat ini juga terdapat mouse tanpa kabel yang penggunaannya berbasis pada sinar infra red atau bluetooth.
Mana saja komponen yang akan dipilih? Hal tersebut tentunya sangat tergantung pada spesifikasi komputer yang dibutuhkan dan diinginkan setiap pengguna. Meski Anda ingin merakit komputer untuk kebutuhan pribadi atau kantor, bisa saja Anda tetap menyusun perangkat komputer secara lengkap termasuk sound card dan speaker. Dengan komponen tersebut, Anda bisa menghilangkan rasa penat di sela-sela kesibukan dengan mendengarkan musik.

Ringkasan isi Kitab Adiparwa

Minggu, 02 Desember 2012

Adiparwa dituturkan seperti sebuah narasi. Penuturan isi kitab tersebut bermula ketika Sang Ugrasrawa mendatangi Bagawan Sonaka yang sedang melakukan upacara di hutan Nemisa[1]. Sang Ugrasrawa menceritakan kepada Bagawan Sonaka tentang keberadaan sebuah kumpulan kitab yang disebut Astadasaparwa, pokok ceritanya adalah kisah perselisihan Pandawa dan Korawa, keturunan Sang Bharata. Dari penuturan Sang Ugrasrawa, mengalirlah kisah besar keluarga Bharata tersebut (Mahābhārata).

Mangkatnya Raja Parikesit

Dikisahkan, ada seorang Raja bernama Parikesit, putera Sang Abimanyu, yang bertahta di Hastinapura. Ia merupakan keturunan Sang Kuru, maka disebut juga Kuruwangsa[1]. Pada suatu hari, beliau berburu kijang ke tengah hutan. Kijang diikutinya sampai kehilangan jejak. Di hutan beliau berpapasan dengan seorang pendeta bernama Bagawan Samiti. Sang Raja menanyakan kemana kijang buruannya pergi, namun sang pendeta membisu (bertapa dengan bisu). Hal tersebut membuat Raja Parikesit marah. Ia mengambil bangkai ular, kemudian mengalungkannya di leher sang pendeta.
Putera sang pendeta yang bernama Srenggi, mengetahui hal tersebut dari penjelasan Sang Kresa, kemudian ia menjadi marah. Ia mengutuk Sang Raja, agar beliau wafat karena digigit ular, tujuh hari setelah kutukan diucapkan. Setelah Sang Raja menerima kutukan tersebut, maka ia berlindung di sebuah menara yang dijaga dan diawasi dengan ketat oleh prajurit dan para patihnya. Di sekeliling menara juga telah siap para tabib yang ahli menangani bisa ular. Pada hari ketujuh, yaitu hari yang diramalkan menjadi hari kematiannya, seekor naga yang bernama Taksaka menyamar menjadi ulat pada jambu yang dihaturkan kepada Sang Raja. Akhirnya Sang Raja mangkat setelah digigit Naga Taksaka yang menyamar menjadi ulat dalam jambu[1].

Raja Janamejaya mengadakan upacara korban ular

Setelah Maharaja Parikesit mangkat, puteranya yang bernama Janamejaya menggantikan tahtanya. Pada waktu itu beliau masih kanak-kanak, namun sudah memiliki kesaktian, kepandaian, dan wajah yang tampan. Raja Janamejaya dinikahkan dengan puteri dari Kerajaan Kasi, bernama Bhamustiman. Raja Janamejaya memerintah dengan adil dan bijaksana sehingga dunia tenteram, setiap musuh pasti dapat ditaklukkannya. Ketika Sang Raja berhasil menaklukkan desa Taksila, Sang Uttangka datang menghadap Sang Raja dan mengatakan niatnya yang benci terhadap Naga Taksaka, sekaligus menceritakan bahwa penyebab kematian ayahnya adalah karena ulah Naga Taksaka.
Sang Raja meneliti kebenaran cerita tersebut dan para patihnya membenarkan cerita Sang Uttangka. Sang Raja dianjurkan untuk mengadakan upacara pengorbanan ular untuk membalas Naga Taksaka. Singkat cerita, beliau menyiapakan segala kebutuhan upacara dan mengundang para pendeta dan ahli mantra untuk membantu proses upacara. Melihat Sang Raja mengadakan upacara tersebut, Naga Taksaka menjadi gelisah. Kemudian ia mengutus Sang Astika untuk menggagalkan upacara Sang Raja. Sang Astika menerima tugas tersebut lalu pergi ke lokasi upacara. Sang Astika menyembah-nyembah Sang Raja dan memohon agar Sang Raja membatalkan upacaranya. Sang Raja yang memiliki rasa belas kasihan terhadap Sang Astika, membatalkan upacaranya. Akhirnya, Sang Astika mohon diri untuk kembali ke Nagaloka. Naga Taksaka pun selamat dari upacara tersebut.

Wesampayana menuturkan Mahabharata

Maharaja Janamejaya yang sedih karena upacaranya tidak sempurna, meminta Bagawan Byasa untuk menceritakan kisah leluhurnya, sekaligus kisah Pandawa dan Korawa yang bertempur di Kurukshetra. Karena Bagawan Byasa sibuk dengan urusan lain, maka Bagawan Wesampayana disuruh mewakilinya. Ia adalah murid Bagawan Byasa, penulis kisah besar keluarga Bharata atau Mahābhārata. Sesuai keinginan Raja Janamejaya, Bagawan Wesampayana menuturkan sebuah kisah kepada Sang Raja, yaitu kisah sebelum sang raja lahir, kisah Pandawa dan Korawa, kisah perang di Kurukshetra, dan kisah silsilah leluhur sang raja. Wesampayana mula-mula menuturkan kisah leluhur Maharaja Janamejaya (Sakuntala, Duswanta, Bharata, Yayati, Puru, Kuru), kemudian kisah buyutnya, yaitu Pandawa dan Korawa.

Garis keturunan Maharaja Yayati

Leluhur Maharaja Janamejaya yang menurunkan pendiri Dinasti Puru dan Yadu bernama Maharaja Yayati, beliau memiliki dua permaisuri, namanya Dewayani dan Sarmishta. Dewayani melahirkan Yadu dan Turwasu, sedangkan Sarmishta melahirkan Anu, Druhyu, dan Puru. Keturunan Sang Yadu disebut Yadawa sedangkan keturunan Sang Puru disebut Paurawa.[1]
 
 
 
Nahusa
 
 
 
Asokasundari
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


Dewayani
 
 
 
Yayati
 
 
 
 
 
 
 
 
Sarmista
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Yadu
 
Turwasu
 
Druhyu
 
Anu
 
Puru

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


 
Yadu menurunkan
wangsa Yadawa
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Puru menurunkan
wangsa Paurawa

Dalam silsilah generasi Paurawa, lahirlah Maharaja Dushyanta, menikahi Sakuntala, yang kemudian menurunkan Sang Bharata. Sang Bharata menaklukkan dunia dan daerah jajahannya kemudian dikenal sebagai Bharatawarsha[1]. Sang Bharata menurunkan Dinasti Bharata. Dalam Dinasti Bharata lahirlah Sang Kuru, yang menyucikan sebuah tempat yang disebut Kurukshetra, kemdian menurunkan Kuruwangsa, atau Dinasti Kuru[1].
Setelah beberapa generasi, lahirlah Prabu Santanu, yang mewarisi tahta Hastinapura. Prabu Santanu memiliki dua istri, yaitu Dewi Gangga dan Satyawati. Dewi Gangga melahirkan Bhisma, sedangkan Satyawati melahirkan Chitrāngada dan Wicitrawirya. Karena Chitrāngada wafat di usia muda dan Bhisma bersumpah tidak akan mewarisi tahta, maka Wicitrawirya melanjutkan pemerintahan ayahnya. Wicitrawirya memiliki dua permaisuri, yaitu Ambika dan Ambalika. Dari Ambika lahirlah Drestarastra dan dari Ambalika lahirlah Pandu. Drestarastra memiliki seratus putera yang disebut Korawaçata (seratus Korawa) sedangkan Pandu memiliki lima putera yang disebut Panca Pandawa (lima putera Pandu).
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Puru

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Wangsa
Paurawa


 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


 
 
 
 
 
 
 
Generasi
Paurawa
 
 
 
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


 
 
 
 
 
 
Sakuntala
 
Duswanta
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


 
 
 
 
 
 
 
 
Bharata
 
Watsa
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


 
 
 
 
 
 
 
Keluarga
Bharata
 
 
 
 
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


 
 
 
 
 
 
Yasodari
 
Hasti
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Para Raja
Hastinapura
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


 
 
 
 
 
 
 
 
Kuru
 
Yamadi
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 
 
 
 
 
 
Dinasti
Kuru
 
 
 
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


 
 
 
 
 
 
Sunanda
 
Pratipa
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


Gangga
 
 
 
 
 
Santanu
 
 
 
 
 
Satyawati
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Bisma
 
Citrānggada
 
Ambalika
 
Wicitrawirya
 
Ambika
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


 
 
 
 
 
 
Madri
 
Kunti
 
Pandu
 
Dretarastra
 
Gandari
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Pandawa
 
 
 
 
 
Korawa
 

 

Kisah Prabu Santanu dan keturunannya

Prabu Santanu jatuh cinta kepada Satyawati, anak seorang nelayan (dilukis oleh Raja Ravi Varma).
Tersebutlah seorang Raja bernama Pratipa, beliau merupakan salah satu keturunan Sang Kuru atau Kuruwangsa, bertahta di Hastinapura. Raja Pratipa memiliki permaisuri bernama Sunandha dari Kerajaan Siwi, yang melahirkan tiga putera. Di antara ketiga putera tersebut, Santanu dinobatkan menjadi Raja. Raja Santanu menikahi Dewi Gangga, kemudian berputera 8 orang. Tujuh puteranya yang lain ditenggelamkan ke sungai oleh istrinya sendiri, sedangkan puteranya yang terakhir berhasil selamat karena perbuatan istrinya dicegah oleh Sang Raja. Puteranya tersebut bernama Dewabrata, namun di kemudian hari bernama Bhisma. Raja Santanu menikah sekali lagi dengan seorang puteri nelayan bernama Satyawati. Satyawati melahirkan 2 putera, bernama Chitrāngada dan Wicitrawirya.
Chitrāngada mewarisi tahta ayahnya. Namun karena ia gugur di usia muda pada suatu pertempuran melawan seorang Raja Gandharva, pemerintahannya digantikan oleh adiknya, Wicitrawirya[1]. Wicitrawirya menikahi Ambika dan Ambalika dari Kerajaan Kasi. Tak lama setelah pernikahannya, Wicitrawirya wafat. Untuk memperoleh keturunan, kedua janda Wicitrawirya melangsungkan upacara yang dipimpin oleh Bagawan Byasa. Ambika melahirkan Drestarastra yang buta sedangkan Ambalika melahirkan Pandu yang pucat. Atas anugerah Bagawan Byasa, seorang pelayan yang turut serta dalam upacara tersebut melahirkan seorang putera, bernama Widura yang sedikit pincang[1]. Drestarastra menikahi Gandari kemudian memiliki seratus putera yang disebut Korawa. Pandu menikahi Kunti dan Madri. Kunti melahirkan Yudistira, Bhima, dan Arjuna. Madri melahirkan Nakula dan Sadewa. Keturunan Pandu tersebut disebut Pandawa.

Kisah masa kecil Pandawa dan Korawa

Pandawa dan Korawa hidup bersama-sama di istana Hastinapura. Bagawan Drona mendidik mereka semasa kanak-kanak, bersama dengan puteranya yang bernama Aswatama. Selain itu mereka diasuh pula oleh Bhisma dan Bagawan Kripa. Setelah Pandu mangkat, kakaknya yang bernama Drestarastra melanjutkan pemerintahan. Drestarastra melihat talenta para Pandawa dan hendak mencalonkan Yudistira sebagai Raja, namun hal tersebut justru menimbulkan sikap iri hati dalam diri Duryodana, salah satu Korawa. Tingkah laku Bima yang tanpa sengaja merugikan para Korawa juga sering membuat Duryodana dan adik-adiknya kesal.

Terbakarnya rumah damar

Suatu hari Duryodana berpikir ia bersama adiknya mustahil untuk dapat meneruskan tahta Dinasti Kuru apabila sepupunya masih ada. Mereka semua (Pandawa lima dan sepupu-sepupunya atau yang dikenal juga sebagai Korawa) tinggal bersama dalam suatu kerajaan yang beribukota di Hastinapura. Akhirnya berbagai niat jahat muncul dalam benaknya untuk menyingkirkan Pandawa lima beserta ibunya.
Drestarastra yang mencintai keponakannya secara berlebihan mengangkat Yudistira sebagai putra mahkota tetapi ia langsung menyesali perbuatannya yang terlalu terburu-buru sehingga ia tidak memikirkan perasaan anaknya. Hal ini menyebabkan Duryodana iri hati dengan Yudistira, ia mencoba untuk membunuh pandawa lima beserta ibu mereka yang bernama Kunti dengan cara menyuruh mereka berlibur ke tempat yang bernama Ekacakra. Di sana terdapat bangunan yang megah, yang telah disiapkan Duryodana untuk mereka berlibur dan akan membakar bagunan itu di tengah malam pada saat pandawa lima sedang terlelap tidur. Segala sesuatunya yang sudah direncanakan Duryodana dibocorkan oleh Widura yang merupakan paman dari Pandawa lima. Sebelum itu juga Yudistira juga telah diingatkan oleh seorang petapa yang datang ke dirinya bahwa akan ada bencana yang menimpannya oleh karena itu Yudistira pun sudah berwaspada terhadap segala kemungkinan. Untuk pertama kalinya Yudistira lolos dalam perangkap Duryodana dan melarikan diri ke hutan rimba.

Pandawa mendapatkan Dropadi

Pada suatu hari, Pandawa mengikuti sayembara yang diselenggarakan Raja Drupada di Kerajaan Panchala. Sayembara tersebut memperebutkan Dewi Dropadi. Banyak ksatria di penjuru Bharatawarsha turut menghadiri. Para Pandawa menyamar sebagai seorang Brāhmana. Sebuah sasaran diletakkan di tengah-tengah arena, dan siapa yang berhasil memanah sasaran tersebut dengan tepat, maka ialah yang berhasil mendapatkan Dropadi. Satu-persatu ksatria maju, namun tidak ada satu pun yang berhasil memanah dengan tepat. Ketika Karna dari Kerajaan Anga turut serta, ia berhasil memanah sasaran dengan baik. Namun Dropadi menolak untuk menikahi Karna karena karna anak seorang kusir yang tentu lebih rendah kastanya. Karna kecewa tetapi juga kesal terhadap Dropadi.
Para Pandawa yang diwakili oleh Arjuna turut serta. Arjuna berpakaian seperti Brāhmana. Ketika ia tampil ke muka, ia berhasil memanah sasaran dengan baik, maka Dropadi berhak menjadi miliknya. Namun hal tersebut menimbulkan kericuhan karena seorang Brāhmana tidak pantas untuk mengikuti sayembara yang ditujukan kepada golongan ksatria. Arjuna dan Bima pun berkelahi dengan para ksatria di sana, sementara Yudistira, Nakula dan Sadewa melarikan Dropadi ke rumah mereka. Sesampainya di rumah, Pandawa berseru, "Ibu, kami datang membawa hasil meminta-minta". Kunti, ibu para Pandawa, tidak melihat apa yang dibawa oleh anak-anaknya karena sibuk dan berkata, "Bagi dengan rata apa yang kalian peroleh". Ketika ia menoleh, alangkah terkejutnya ia karena anak-anaknya tidak saja membawa hasil meminta-minta, namun juga seorang wanita. Kunti yang tidak mau berdusta, membuat anak-anaknya untuk berbagai istri[1].

Arjuna mengasingkan diri ke hutan

Para Pandawa sepakat untuk membagi Dropadi sebagai istri. Mereka juga berjanji tidak akan mengganggu Dropadi ketika sedang bermesraan di kamar bersama dengan salah satu dari Pandawa. Hukuman dari perbuatan yang mengganggu adalah pembuangan selama 12 tahun.
Pada suatu hari, ketika Pandawa sedang memerintah kerajaannya di Indraprastha, seorang pendeta masuk ke istana dan melapor bahwa pertapaannya diganggu oleh para rakshasa. Arjuna yang merasa memiliki kewajiban untuk menolongnya, bergegas mengambil senjatanya. Namun senjata tersebut disimpan di sebuah kamar dimana Yudistira dan Dropadi sedang menikmati malam mereka. Demi kewajibannya, Arjuna rela masuk kamar mengambil senjata, tidak memedulikan Yudistira dan Dropadi yang sedang bermesraan di kamar. Atas perbuatan tersebut, Arjuna dihukum untuk menjalani pembuangan selama 12 tahun. Arjuna menerima hukuman tersebut dengan ikhlas.
Arjuna menghabiskan masa pengasingannya dengan menjelajahi penjuru Bharatawarsha atau daratan India Kuno. Selama masa pengasingannya, Arjuna memiliki tiga istri lagi. Mereka adalah: Subadra (adik Sri Kresna), Ulupi, dan Citrangada. Dari hubungannya dengan Subadra anaknya bernama Abimanyu. Dengan Ulupi anaknya bernama Irawan. Dengan Citrangada anaknya bernama Babruwahana.

Kisah lain dalam Kitab Adiparwa

Selain kisah Pandawa dan Korawa, Sang Ugrasrawa juga menuturkan kisah lain kepada Bagawan Sonaka, yang berbentuk cerita bingkai, sehingga alur ceritanya campuran, tidak mengalir ke depan melainkan meloncat-loncat[1].

Kisah Bagawan Dhomya menguji tiga muridnya

Dikisahkan seorang Brāhmana bernama Bagawan Dhomya, tinggal di Ayodhya. Ia memiliki 3 murid, bernama: Sang Utamanyu, Sang Arunika, dan Sang Weda. Ketiganya akan diuji kesetiaannya oleh Sang Guru. Sang Arunika disuruh bersawah. Dengan berhati-hati Sang Arunika merawat biji padi yang ditanamnya. Ketika biji-bijinya sedang tumbuh, datanglah hujan membawa air bah yang kemudian merusak pematang sawahnya. Ia khawatir kalau air tersebut akan merusak tanamannya, maka ia perbaiki pematangnya untuk menahan air. Berkali-kali usahanya gagal dan pematangnya jebol, maka ia merebahkan dirinya sebagai pengganti pematang yang jebol untuk menahan air. Karena kesetiannya tersebut, Sang Arunika diberikan anugerah kesaktian oleh Bagawan Dhomya.
Sementara itu, Sang Utamanyu disuruh mengembala sapi. Sang Utamanyu tidak diperbolehkan untuk meminta-minta air kalau ia sedang haus saat mengembala sapi, maka ia menjilat susu sapi yang digembalanya. Hal tersebut juga ditentang oleh Sang Guru, maka Sang Utamanyu menghisap getah daun “waduri” untuk menghilangkan dahaga. Hal tersebut mengakibatkan matanya buta. Ia tidak tahu jalan sehingga terperosok ke dalam sumur kering. Sampai sore, Sang Utamanyu tidak juga kembali pulang, gurunya menjadi cemas. Ketika dicari, didapatinya Sang Utamanyu berada dalam sebuah sumur. Bagawan Dhomya kemudian mendengarkan cerita Sang Utamanyu. Karena kesetiannya terhadap kewajiban, Sang Utamanyu diberikan mantra sakti yang mampu menyembuhkan penyakit oleh Bagawan Dhomya.
Sementara itu, Sang Weda disuruh tinggal di dapur untuk menyediakan hidangan yang terbaik buat gurunya. Sang Weda selalu menuruti perintah gurunya, meski yang buruk sekalipun. Segala perintah gurunya dikerjakan dengan baik. Maka dari itu, Sang Weda dianugerahi segala macam ilmu pengetahuan, mantra Veda, dan kecerdasan.

Kisah Sang Winata dan Sang Kadru

Dikisahkan terdapat seorang Maharsi bernama Bagawan Kasyapa, putera bagawan Marici, cucu Dewa Brahma. Ia diberi oleh Bagawan daksa empat belas puteri. Keempat belas puteri tersebut bernama: Aditi, Diti, Danu, Aristi, Anayusa, Kasa, Surabhi, Winata, Kadru, Ira, Parwa, Mregi, Krodhawasa, Tamra. Di antara empat belas puteri tersebut, Sang Winata dan Kadru tidak memiliki anak. Mereka berdua kemudian memohon belas kasihan Bagawan Kasyapa. Sang Kadru memohon seribu anak sedangkan Sang Winata hanya memohon dua anak. Kemudian Bagawan Kasyapa memberikan Sang Kadru seribu butir telur sedangkan Sang Winata diberikan dua butir telur. Kedua puteri tersebut kemudian merawat telur masing-masing dengan baik.
Singkat cerita, seribu butir telur milik Sang Kadru menetas, dan lahirlah para Naga. Yang terkemuka adalah Sang Anantabhoga, Sang Wasuki, dan Sang Taksaka. Sementara telur Sang Kadru sudah menetas semuanya, telur Sang Winata belum menetas. Karena tidak sabar, maka telurnya dipecahkan. Ketika pecah, terlihatlah seorang anak yang baru setengah jadi, bagian tubuh ke atas lengkap sedangkan dari pinggang ke bawah tidak ada. Sang anak marah karena ditetaskan sebelum waktunya. Anak tersebut kemudian mengutuk ibunya supaya diperbudak oleh Sang Kadru berlebih-lebihan. Kelak, saudaranya yang akan menetas akan menyelamatkan ibunya dari perbudakan. Anak tersebut kemudian diberi nama Sang Aruna, karena tidak memiliki kaki dan paha. Sang Aruna menjadi sais (kuir) kereta Dewa Surya[1].

Kisah pemutaran Mandaragiri

Kurma Awatara sebagai kura-kura yang menjadi dasar Mandaragiri
Dikisahkan, pada zaman dahulu kala, para Dewa, detya, dan rakshasa mengadakan rapat untuk mencari tirta amerta (air suci). Sang Hyang Nārāyana (Wisnu) mengatakan bahwa tirta tersebut berada di dasar laut Ksira. Cara mendapatkannya adalah dengan mengaduk lautan tersebut. Para Dewa, detya, dan rakshasa kemudian menuju laut Ksira. Untuk mengaduknya, Naga Wasuki mencabut gunung Mandara (Mandaragiri) di pulau Sangka sebagai tongkat pengaduk. Gunung tersebut dibawa ke tengah lautan. Seekor kura-kura (Kurma) besar menjadi penyangga/dasar gunung tersebut. Sang Naga melilit gunung tersebut, kemudian para Dewa memegang ekornya, sedangkan rakshasa dan detya memegang kepalanya. Dewa Indra berdiri di puncaknya agar gunung tidak melambung ke atas.
Beberapa lama setelah gunung diputar, keluarlah Ardhachandra, Dewi Sri, Dewi Lakshmi, kuda Uccaihsrawa, dan Kastubhamani. Semuanya berada di pihak para Dewa. kemudian, munculah Dhanwantari membawa kendi tempat tirta amerta. Para detya ingin agar tirta tersebut menjadi milik mereka sebab sejak awal tidak pernah dapat bagian. Tirta amerta pun menjadi milik mereka. Para Dewa memikirkan cara untuk merebut tirta tersebut. akhirnya Dewa Wisnu mengubah wujudnya menjadi seorang wanita cantik, kemudian mendekati para rakshasa dan detya. Para rakshasa-daitya yang melihatnya menjadi terpesona, dan menyerahkan kendi berisi tirta tersebut. Wanita cantik itu kemudian pergi sambil membawa tirta amerta dan berubah kembali menjadi Dewa Wisnu.
Para detya yang melihatnya menjadi marah. Tak lama kemudian terjadilah pertempuran antara para Dewa dan rakshasa-detya. Kemudian Dewa Wisnu teringat dengan senjata chakra-nya. Senjata chakra kemudian turun dari langit dan menyambar-nyambar para rakshasa-detya. Banyak dari mereka yang lari terbirit-birit karena luka-luka. Akhirnya ada yang menceburkan diri ke laut dan masuk ke dalam tanah. Para Dewa akhirnya berhasil membawa tirta amerta ke surga.

Kisah Sang Garuda dan para Naga

Lukisan Garuda karya I Made Tlaga, seniman Bali, abad ke-19. Sekarang lukisan ini disimpan di Universitas Leiden.
Dikisahkan, pada suatu hari Sang Winata dan Sang Kadru, istri Bagawan Kasyapa, mendengar kabar tentang keberadaan seekor kuda bernama Uccaihsrawa, hasil pemutaran Gunung Mandara atau Mandaragiri. Sang Winata mengatakan bahwa warna kuda tersebut putih semua, sedangkan Sang Kadru mengatakan bahwa tubuh kuda tersebut berwarna putih sedangkan ekornya saja yang hitam. Karena berbeda pendapat, mereka berdua bertaruh, siapa yang tebakannya salah akan menjadi budak. Mereka berencana untuk menyaksikan warna kuda itu besok sekaligus menentukan siapa yang salah.
Sang Kadru menceritakan masalah taruhan tersebut kepada anak-anaknya. Anak-anaknya mengatakan bahwa ibunya sudah tentu akan kalah, karena warna kuda tersebut putih belaka. Sang Kadru pun cemas karena merasa kalah taruhan, maka dari itu ia mengutus anak-anaknya untuk memercikkan bisa ke ekor kuda tersebut supaya warnanya menjadi hitam. Anak-anaknya menolak untuk melaksanakannya karena merasa perbuatan tersebut tidak pantas. Sang Kadru yang marah mengutuk anak-anaknya supaya mati ditelan api pada saat upacara pengorbanan ular yang diselenggarakan Raja Janamejaya. Mau tak mau, akhirnya anak-anaknya melaksanakan perintah ibunya. Mereka pun memercikkan bisa ular ke ekor kuda Uccaihsrawa sehingga warnanya yang putih kemudian menjadi hitam. Akhirnya Sang Kadru memenangkan taruhan sehingga Sang Winata harus menjadi budaknya.
Sementara itu, telur yang diasuh Sang Winata menetas lalu munculah burung gagah perkasa yang kemudian diberi nama Garuda. Sang Garuda mencari-cari kemana ibunya. Pada akhirnya ia mendapati ibunya diperbudak Sang Kadru untuk mengasuh para naga. Sang Garuda membantu ibunya mengasuh para naga, namun para naga sangat lincah berlari kesana-kemari. Sang Garuda kepayahan, lalu menanyakan para naga, apa yang bisa dilakukan untuk menebus perbudakan ibunya. Para naga menjawab, kalau Sang Garuda mampu membawa tirta amerta ke hadapan para naga, maka ibunya akan dibebaskan. Sang Garuda menyanggupi permohonan tersebut.
Singkat cerita, Sang Garuda berhasil menghadapi berbagai rintangan dan sampai di tempat tirta amerta. Pada saat Sang Garuda ingin mengambil tirta tersebut, Dewa Wisnu datang dan bersabda, “Sang Garuda, jika engkau ingin mendapatkan tirta tersebut, mintalah kepadaku, nanti pasti aku berikan”. Sang Garuda menjawab, “Tidak selayaknya jika saya meminta kepada anda sebab anda lebih sakti daripada saya. Karena tirta amerta anda tidak mengenal tua dan mati, sedangkan saya tidak. Untuk itu, berikanlah kepada saya anugerah yang lain”. Dewa Wisnu berkata, “Jika demikian, aku memintamu untuk menjadi kendaraanku, sekaligus menjadi lambang panji-panjiku”. Sang Garuda setuju dengan permohonan tersebut sehingga akhirnya menjadi kendaraan Dewa Wisnu. Kemudian Sang Garuda terbang membawa tirta, namun Dewa Indra tidak setuju kalau tirta tersebut diberikan kepada para naga. Sang Garuda mengatakan bahwa tirta tersebut akan diberikan kalau para naga sudah selesai mandi.
Sampailah Sang Garuda ke tempat tinggal para naga. Para naga girang ingin segera meminum amerta, namun Sang Garuda mengatakan bahwa tirta tersebut boleh diminum jika para naga mandi terlebih dahulu. Para naga pun mandi sesuai dengan syarat yang diberikan, tetapi setelah selesai mandi, tirta amerta sudah tidak ada lagi karena dibawa kabur oleh Dewa Indra. Para naga kecewa dan hanya mendapati beberapa percikan tirta amerta tertinggal pada daun ilalang. Para naga pun menjilati daun tersebut sehingga lidahnya tersayat dan terbelah. Daun ilalang pun menjadi suci karena mendapat tirta amerta. Sementara itu Sang Garuda terbang ke surga karena merasa sudah menebus perbudakan ibunya.

Bahasa dan sejarah

Adiparwa versi Jawa Kuna yang dicetak ulang oleh Phalgunadi dan diterjemahkan dalam bahasa Inggris pada tahun 1990.
Sebagaimana kisah induknya, Mahabharata, kitab Adiparwa ini semula dituliskan dalam bahasa Sanskerta dan dianggap sebagai cerita suci bagi pemeluk agama Hindu. Tidak tercatat kapan persisnya kisah ini masuk ke Indonesia. Akan tetapi, sebagaimana disebutkan dalam bagian pendahuluan Adiparwa versi Jawa Kuna, kitab ini telah disalin ke dalam bahasa Jawa kuna atau juga dikenal sebagai bahasa Kawi pada masa pemerintahan Raja Dharmawangsa Teguh (kerajaan Kediri, tahun 991-1016) (Zoetmulder, 1994).

Pengaruh dalam budaya

Kitab Adiparwa yang diterjemahkan dari Bahasa Sanskerta ke Bahasa Jawa Kuno atau Bahasa Kawi, banyak digubah menjadi cerita pewayangan[2]. Dalam kitab Adiparwa yang diterjemahkan dari bahasa Sanskerta mungkin terdapat perbedaan dengan lakon pewayangannya, yang kadang-kadang besar sekali, sehingga memberi kesan bahwa segala sesuatunya terjadi di Jawa.[2] Hal ini disebabkan oleh kecerdasan para pujangga masa lampau yang mampu memindah alam pikiran para pembaca atau pendengarnya dari suasana India menjadi Jawa Asli[2]. Jika Hastinapura sebenarnya terdapat di India, maka nama-nama seperti Jonggringsalaka, Pringgandani, Indrakila, Gua Kiskenda, sampai Gunung Mahameru dibawa ke tanah Jawa[2].
  • Begitu pula dengan tokoh Pancawala (Pancakumara). Jika dalam versi aslinya mereka terdiri dari lima orang, maka dalam pewayangan mereka dikatakan hanya satu orang saja. Menurut Mulyono dalam artikelnya berjudul “Dewi Dropadi:Antara kitab Mahabharata dan Pewayangan Jawa”, ia menyatakan bahwa terjadinya perbedaan cerita tentang Pancawala antara kitab Mahabharata dengan cerita dalam pewayangan Jawa karena pengaruh perkembangan agama Islam di tanah Jawa[3]. Hal serupa juga terjadi pada kisah Dewi Dropadi dalam kitab Adiparwa. Jika dalam Adiparwa ia bersuami lima orang, maka dalam pewayangan Jawa (yang sudah terkena pengaruh Islam) Dropadi hanya bersuami satu orang saja. Menurut hukum Islam, seorang wanita tidak boleh memiliki suami lebih dari satu. Maka dari itu, cerita Dewi Dropadi dalam kitab Mahabharata versi asli yang bercorak Hindu menyalahi hukum Islam. Untuk mengantisipasinya, para pujangga ataupun seniman Islam mengubah cerita tersebut agar sesuai dengan ajaran Islam[3]. Pancawala yang sebenarnya merupakan lima putera Pandawa pun diubah menjadi seorang tokoh yang merupakan putera Yudistira saja[3].